Minggu, 14 April 2013

Sinopsis Film Cybercrime & Analisis Berita Tentang Cybercrime

*] Sinopsis Film Cybercrime








Live Free or Die Hard (dirilis sebagai Die Hard 4.0 di luar Amerika Utara) merupakan film action Amerika pada tahun 2007, dan juga merupakan sekuel keempat dalam seri film Die Hard.

Seperti di film - film Die Hard sebelumnya, film ini jg berkisah tentang seorang polisi dr kepolisian NYCPD (New York City Police Department) bernama John McClane (Bruce Willis) yang berusaha menggagalkan aksi kejahatan oleh teroris.  Tetapi kali ini teroris tersebut jg merupakan organisasi cyber teroris.

Kisah diawali ketika FBI (Federal Bureau of Investigation) yang menyadari bahwa jaringan computer di Divisi Cyber-Security mereka  padam, akibat diserang  para hacker. Karena hal tersebut, maka Bowman (Cliff Curtis) direktur FBI,  meminta bantuan seluruh jajaran kepolisian di Amerika untuk segera melacak jejak para hacker dan membawanya ke markas FBI. 

Sebagai detektif senior di jajaran kepolisian NYCPD, John McClean (Bruce Willis) mendapat tugas menjemput Matt Farrell (Justin Long), seorang  hacker muda yang bermukim di kota New York. Akan tetapi tanpa tahu apa yang terjadi, secara tiba - tiba John dan Farrell justru diburu untuk dibunuh oleh sekelompok orang tidak dikenal.

Upaya pembunuhan terhadap John dan Farrell pada akhirnya sedikit terkuak, saat diketahui kalau Farrell ternyata memiliki hubungan dengan para hacker/cyber teroris yang membobol jaringan komputer FBI. Pembobolan tidak hanya terjadi pada instansi FBI tapi juga CIA dan beberapa instansi pemerintah lainnya. Bahkan untuk memuluskan aksi teror, para cyber teroris yang dikomandani Thomas Gabriel (Timothy Olyphant) tersebut juga membunuh semua hacker dan tinggal satu yang tersisa, yaitu Matt Farrell.

Aksi terror yang dilakukan Gabriel bukanlah tanpa alasan. Pasca peledakan gedung kembar WTC 11 September, mantan agen pemerintah yang juga  ahli komputer ini menemukan lemahnya sistem komunikasi pertahanan dan keamanan negaranya. Tetapi upaya untuk memperbaiki seluruh kelemahan tersebut justru membuat ia tersingkir. Merasa terhina, Gabriel bersama anak buahnya melakukan merencanakan serangan total terhadap seluruh jaringan komputer internet yang ada di seantero Amerika Serikat.

Rencana serangan yang dilakukan Gabriel adalah dengan menaklukkan semua sistem komputerisasi di seluruh Amerika Serikat dan berharap seluruh aktivitas di negara tersebut akan lumpuh total. Saat rencana tersebut mulai di realisasikan olehnya, lampu lalu lintas mati, jadwal penerbangan udara tertunda, harga jual saham tiba-tiba rontok, seluruh jaringan siaran TV diboikot dengan berita ancaman dan teror, sampai kepada padamnya semua jaringan listrik & persinyalan secara serentak. Saat warga panik dan ketakutan, Gabriel melakukan transfer semua rekening bank ke rekening pribadinya di luar negeri.

Dengan hanya berbekal peralatan seadanya, McClean dan Farrell berupaya untuk menggagalkan semua aksi kejahatan Gabriel tersebut, walau harus bertaruh nyawa. Dan ketika merasa terdesak, Gabriel menyandera Lucy (Mary Elizabeth Winsted)  anak semata wayang McClean sebagai jaminan. 

Seperti film-film sebelumnya, kisah dilanjutkan dengan aksi kejar-kejaran & tembak menembak antara organisasi pimpinan Gabriel & McClean cs. 

Kisah diakhiri dengan terbunuhnya para para cyber teroris & pimpinannya yang bernama Gabriel. Saat semuanya sudah berakhir & FBI tiba untuk “membereskan” kekacauan tersebut McClane menemukan kenyataan tidak menyenangkan, bahwa putrinya jatuh hati pada Farrell.

Dari film DIE HARD 4 ini bisa ditarik kesimpulan bahwa sekarang kita hidup di zaman teknologi yang sangat canggih, dimana semuanya bisa dilakukan/diatur bila kita punya keahlian dalam bidang teknolgi informasi. Dilihat dari segi positifnya, peran teknolgi informasi khususnya komputer dapat menjadi sarana yang memudahkan aktivitas manusia. Akan tetapi dari sisi negatifnya, justru memudahkan seseorang yang sangat ahli dalam  teknolgi informasi untuk berbuat kejahatan.

Referensi : 


*] Analisis Berita Tentang Cybercrime

TEMPO.CO, Jakarta--Juru bicara Tokobagus, Ichwan Sitorus mengaku pihaknya kecolongan saat iklan penjualan dua bayi muncul di situsnya. Ia berkata, ada celah yang ditemukan oleh pemasang iklan.

"Pemasang iklan menemukan celah. Dia menggunakan modus yang belum pernah kami temukan sebelumnya,"ujar Ichwan menjelaskan saat dihubungi Tempo via telepon, Sabtu, 5 Januari 2013

Ichwan menjelaskan, pemasang iklan, yang memakai nama Farkhan, memanfaatkan situs Tokobagus yang tengah overload menjelang tahun 2013. Di saat overload, ada kecenderungan pengawasan (filterisasi dan moderasi)terkompromikan, meski kemungkinannya kecil.

Pemasang iklan memanfaatkan momen itu dengan mengaku hendak menjual perlengkapan bayi. Namun, dalam dagangan yang diakui sebagai perlengkapan bayi itu, di dalamnya disusupi iklan penjualan bayi. Berkat sistem yang tengah overload, iklan yang disusupi itu tak terdeteksi.

Ichwan mengatakan, pihaknya akan terus melakukan perbaikan agar kejadian munculnya iklan penjualan bayi itu tak terulang. Oleh karenanya, ia mengharapkan pengguna Tokobagus untuk tak segan melaporkan kepada admin misalkan ada perbaikan yang perlu dilakukan atau iklan yang mencurigakan.

"Terkait bagaimana kasus ini dtangani selanjutnya, kami serahkan kepada proses hukum. Kami sudah melapor ke Polda Metro Jaya,"ujar Ichwan sambil berkata pihaknya minta maaf atas kejadian ini.

Ditanyai berapa lamaa iklan itu beredar dan kapan Tokobagus menyadarinya, Ichwan menjawab tak lama. Ia berkata, kemunculan iklan dengan proses pencabutannya hanya berselisih beberapa jam. Namun, Ichwa tak mau mengungkap detilnya.

"Kami tidak bisa memberitahukan secara detil kapan iklan muncul dan kapan iklan dicabut. Sekarang itu sudah masuk ranah penyelidikan Polda," ujar Ichwan menjelaskan.

Secara terpisah, sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia, M.Ihsan, mengapresiasi langkah Tokobagus yang melapor ke Polda Metro Jaya. Namun, kata Ihsan, Tokobagus juga harus siap bertanggung jawab atas munculnya upaya perdagangan bayi di situsnya. "Kami harap Polda Metro Jaya mengusut kasus ini hingga tuntas."


Sumber :


Sama seperti kesimpulan di sinopsis film Die Hard, dilihat dari segi positifnya, peran teknolgi informasi khususnya komputer dapat menjadi sarana yang memudahkan aktivitas manusia (dalam hal ini aktivitas jual-beli). Akan tetapi dari sisi negatifnya, justru memudahkan seseorang yang sangat ahli dalam  teknolgi informasi untuk berbuat kejahatan (penjualan anak).

Dalam kasus ini pelaku kejahatan berupaya mendapat keuntungan dari melanggar hukum & berusaha agar terhindar dari hukuman dengan memanfaatkan teknolgi informasi, tepatnya dengan memanfaatkan media web jual-beli Tokobagus.









1 komentar: