Senin, 30 Desember 2013

Tabrakan Bahasa

Di dunia terdapat beragam jenis bahasa. Tiap bahasa biasanya digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pada daerah tertentu, dan biasanya disebut bahasa daerah.

Tiap bahasa daerah biasanya memiliki banyak kesamaan dalam arti, tetapi banyak pula yang berbeda dalam arti. 

Nah perbedaan dalam arti inilah, yang sering kali menyebabkan "tabrakan bahasa". Tabrakan tersebut terjadi bila orang dari daerah tertentu yang memakai bahasa daerahnya untuk berkomunikasi dengan orang dari daerah lain yang memakai bahasa daerah yang berbeda pula.

Berikut ini beberapa contoh terjadinya tabrakan tersebut :

1. Cokot (Sunda-Jawa)

Di suatu sore nan sejuk. Seorang Sunda dan temannya yang Jawa sedang jalan-jalan sore. Kemudian dua bersahabat itu menemui sesosok kotoran kambing di jalan berbatu itu. Sang Sunda teriak, “Jih, ta*i embek! Cokot, awaskeun!” Kemudian sang teman Jawa ngedeketin kotoran itu, dan menggigitnya. 

Padahal maksud yang Sunda, “Ih, ada kotoran kambing! Ambil terus singkirkan!” Dan teman yang Jawa malah memahami, “Ih, ada kotoran kambing! Gigit terus singkirkan!” Soalnya cokot di dalam bahasa Sunda artinya ambil, sedangkan di bahasa Jawa artinya gigit.

2. Tempe-tempek (Indonesia-Jawa)

Penulisannya emang agak beda, tapi pelafalannya mirip. Pokoknya jangan bilang, “Aku mau tempe,” pas saat berkunjung ke tempat orang Jawa. Bisa dianggap tidak punya sopan santun. Soalnya tempe(k) dalam bahasa Jawa artinya kemaluan cewek.

3. Kenyang (Indonesia-Bali)

Hampir sama dengan contoh kasus sebelumnya, saat berkunjung ke Bali, jangan pernah bilang, “Abis makan kenyang nih!” Nanti dianggap freak atau maniak sex. Soalnya dalam bahasa Bali kenyang artinya ereksi.

4. Gedang (Sunda-Jawa)

Ada seseorang dari Sunda sedang sakit parah. Menurut dokter, dia tidak boleh makan pisang, kalau makan pisang sakitnya bisa tambah parah. Makanya, dia minta tolong temennya yang dari Jawa untuk beli buah selain pisang. “Cig, pangmeulikeun gedang.” Dalam bahasa Sunda, artinya, “Tolong beliin pepaya.”

Sang teman datang dengan segepok pisang, dan yang Sunda teriak, “Maneh rek maehan urang?” Atau “Lo mau ngebunuh gue?” Lalu mereka bertengkar.

Soalnya gedang di dalam bahasa Sunda artinya pepaya, sedangkan di bahasa Jawa artinya pisang.

5. Manuk (Batak-Sunda)

Seorang batak pergi ke pasar untuk berbelanja. Di tempat penjualan ayam, dia bertanya kepada pedagang ayam, yang kebetukan orang sunda berapa harga manukmu”. Sang penjual tiba-tiba marah dan mengamuk. Dia tersinggung, karena di dalam bahasa Sunda manuk artinya burung, sedangkan di bahasa Batak artinya ayam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar